Sabtu, 23 Agustus 2014

Kembali Ke Tenun Kembali Ke Kebun Kembalikan Kedaulatan Kaum Tani

Modernitas telah membuat Kewatek hanya dihargai sebagai sebuah komoditas. Atas nama efisiensi dan efektifitas, proses pembuatan kewatek tidak lagi mendekatkan orang Adonara terutama perempuan pada adat, kepercayaan dan alam. 

Sebagai orang yang hidup pada masa sekarang, generasi ini bertanggung jawab menjaga Kewatek dan segala adat beserta kepercayaan yang berkaitan erat dengan Kewatek untuk diteruskan pada generasi berikutnya. Dosa kitalah, kalau generasi berikutnya tidak mengetahui dan melihat “Kewatek Kiwan” atau “Tenopon Telhon”. 

Bukan hanya kaum perempuan, kaum laki-laki pun bertanggung jawab menyediakan sedikit lahan di kebun untuk ditanami kapas, pewarna alami dan bahan-bahan lain yang diperlukan untuk kewatek dari Ina Tanah Ekan. Kerjasama lintas gender dan aktor-aktor lain baik itu dari tokoh masyarakat, mahasiswa, institusi agama dan pemerintahan di perlukan untuk menjaga agar kewatek tidak hanya menjadi objek komoditas tetapi juga bagian dari identitas dan entitas budaya serta adat orang Adonara. 

Kewatek bukan hanya penutup tubuh, tetapi penutur sejarah, penutur budaya dan bahkan menjadi salah satu material pokok dalam upacara adat , salah satunya: “Bua Lango” ,yang harus dijalankan oleh setiap laki-laki berumah tangga di Adonara.

Mengingat relasi yang erat antara Kewatek, Adat dan Kebun inilah, maka membangun jalan kembali pada tradisi asli untuk kembali ke Tenun-Kewatek- juga berarti kembali ke kebun dimana berbagai materi untuk pembuatan Kewatek dan adat terkait kewatek disediakan, ini juga berarti kaum tani, mesti memiliki kedaulatan atas tanah dan pekerjaannya. Kedaulatan dalam menentukan apa yang ditanam , bukan sekedar memenuhi libido pasar dari tahun ke tahun.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar